Rabu, 03 Juni 2009

SIAPAKAH PEMENANG ?

Bangsa Indonesia baru saja mengetahui siapa-siapa saja calon anggota legislative (caleg) yang akhirnya terpilih sebagai anggota legislative di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemilihan umum (pemilu) tanggal 9 April 2009 yang lalu, baik untuk tingkat kabupaten/kota, propinsi, nasional, dan juga di Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Pada umumnya orang mengatakan bahwa mereka itulah pemenang, dan mereka itulah yang berhak duduk di lembaga perwakilan rakyat sebagai wakil rakyat, sebagai orang-orang terhormat. Tentu saja kita mengucapkan “selamat” untuk mereka, sebuah ucapan yang sesungguhnya membebani mereka untuk masa lima tahun ke depan.

Ya. Mereka disebut “pemenang,” memenangkan sebuah “pertarungan sengit” yang melibat semua potensi yang di miliki: tenaga; waktu; dana; dan bahkan mungkin juga harga diri. Begitu beratnya perjuangan itu, wajar saja, sebagai manusia, mereka merasa senang, lega, gembira, atau mungkin saja “lupa diri” sesaat. Tetapi, merekakah pemenang yang sesungguhnya ?

Inilah pertanyaan yang perlu disadari oleh siapa saja dalam kehidupan ini, terutama siapa saja yang merasa menang dalam perjuangan apapun bentuknya di bumi ini. Karena, bila direnung secara sugguh-sungguh, pemenang adalah orang yang memenangkan sebuah “pertarungan,” mereka mendapat hadiah untuk itu, dan—yang terpenting sekali—mereka bahagia tanpa ada derita setelah itu. Lalu, menangkah namanya mereka yang lolos “melaju” ke kursi DPR seperti disebut di atas ? Saya fikir belum. Karena, kemenangan mereka bukan kemenangan yang sesungguhnya. Kemenangan mereka adalah kemenangan dalam meraih kesempatan untuk bertarung lebih lama lagi. Itu adalah kemenangan semu. Itu adalah kemenangan sementara. Bila yang kalah berhenti di saat kalah, sementara yang menang harus memasuki pertarungan baru untuk mempertaruhkan integritras dirinya dalam memperjuangkan amanah rakyat yang ia raih di pemilu itu. Perjuangan mereka semakin bertambah panjang, sehingga pengorbanan yang harus diberikan juga semakin banyak lagi. Mereka boleh saja menang dalam meraih suara terbanyak di pemilu yang lalu, tetapi belum tentu bisa memang dalam memperjuangankan nasib rakyat di lembaga perwakilan nanti, sehingga kalah dalam meraih simpati rakyat di masa datang. Dan, bila yang terjadi adalah yang disebut terakhir, maka mereka adalah orang yang kalah.

Lalu, siapakah pemenang yang sesungguhnya itu ?

Pemenang yang sesungguhnya adalah yang menang di ujung perjalanan hidupnya. Kemenangan itu adalah kemenangan di akhir hayat, husnul khatimah di saat menghembuskan nafas terakhir, dan jannatul firdaus saat memasuki keabadian di alam baqa. Inilah kemenangan sesungguhnya, kemenangan yang tidak ada kekalahan lagi setelah itu. Inilah agaknya yang diingatkan oleh Nabi dalam sebuah ucapan beliau yang didengar oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Nabi berkata “ada sekelompok orang dari umatku yang teguh menegakkan kebenaran, tidak merasa berbahaya dengan tantangan dan hinaan, sampai datang saat panggilan Allah sementara mereka berada dalam posisi menang di atas orang lain.”(HR.Muslim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar