Minggu, 24 Mei 2009

Kepemimpinan Ayam

Menengok kasak kusuk para elit partai menjelang pemilihan presiden tanggal 9 uli 2009 yang akan datang, dan menengok pula prilaku mereka dalam menarik simpati calon pemilih nanti, saya teringat kata-kata orang bijak, “alam terkembang menjadi guru.” Saya teringat juga salah satu ayat dalam al-Qur’an yang mengatakan bahwa tidak ada yang sia-sia dari semua ciptaan Allah. Semua ada maksudnya, semua ada tujuannya, dan semua itu pula adalah untuk kepentingan manusia yang Ia cipta sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Untuk itu manusia dituntut untuk memikirkan dan merenunginya, lalu mengambil pelajaran dari semua yang diciptakan Sang Khalik tersebut.
Diantara ciptaan Allah yang agaknya relevan dijadikan pelajaran dalam konteks mencari pemimpin nasional yang kini sedang hangat-hagngat dibicarakana adalah ayam, baik jantan atau betina. Agaknya, makhluk Allah yang satu ini sangat menarik dijadikan kajian dalam hal kepemimpinan, baik untuk tingkat regional maupun nasional. Kajian ini dianggap representative, karena ayam sangat dekat dengan kehidupan manusia, bukan hanya sebagai salah sumber protein, tetapi juga sering dijadikan teman dalam bermain, terutama oleh anak-anak atau oleh orang-orang dewasa yang suka bermain seperti anak-anak. Sebagai salah satu sumber protein. kepemimpinan ayam menarik untuk dikaji, karena melalui protein dari ayam yang masuk ke dalam tubuh manusia, maka—banayk atau sedikit—sifat manusia juga dipengaruhi oleh sifat-sifat ayam, termasuk sifatnya dalam hal kepemimpinan.
Watak dan kepemimpinan ayam jantan, misalnya, berbeda dari watak dan kepemimpinan ayam betina. Ayam jantan punya sifat yang konsisten bangun dan berkokok di subuh hari. Ia konsisten menyeru orang untuk selalu bangun di pagi hari, dan berbuat baik mulai sejak dari bangun itu. Ia terus menjalankan tugasnya dengan sungguh-sungguh, walau hujan dan badai, walau petir dan halilintar sambar menyambar. Ia ajak orang bangun, dengan cara bangun terlebih dahulu. Ia member controh untuk hal yang satu itu. Namun, si ayam jantan punya sifat buruk yang juga tidak bisa lepas dari dirinya. Ia adalah pemimpin yang suka membanggakan diri, gila popularitas, berkokok kemana pergi. Ia tidak mau disaingi. Kemana pergi mencari lawan, dan tidak punya tanggungjawsab terhadap anak keturunannya.
Jadi kalau ada pemimpin yang konsisten berbuat baik, tapi berhati sombong, gila popularitas, tidak mau dinasehati, tidak mau disaingi, suka mencari lawan, maka ia baru sampai setaraf pemimpinan ayam jantan.
Lain halnya dengan ayam betina. Ia punya tipe seorang pemimpin yang sangat bertanggungjawab terhadap rakyat (anak-anak)nya. Bila dapat makanan, ia tidak akan makan makanan itu sebelum anaknya makan terlebih dahulu. Ia baru makan setelah anaknya kenyang terlebih dahulu. Ia adalah pemimpin berani yang selalu berada di depan bila anak (rakyat)nya dihadang bahaya. Anjingpun akan diserangnya, bila si anjing mengancam keselamatan anak (rakyat)nya. Bila malam menjalang, ia tidak akan masuk kandang, sebelum seluruh anaknya masuk kandang. Hanya, sayangnya, ayam betina adalah pemimpin yang hidupnya penuh dengan riya. Bertelur satu ribut se kampung. Setiap kebaikan yang dilakukan selalu disebut-sebut dan dipamerkan kepada orang banyak. Se akan di dunia ini hanya dia yang berbuat baik. Maka, bila ada pemimpiun yang suka melindungi, tapi suka menyebut dan memamerkan diri dengan kebaikannya itu, berarti dia pemimpin yang baru sederajat dengan ayat betina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar