Selasa, 28 April 2009

PEMIMPIN DAN PARA PEMBISIK

Sejarah membuktikan bahwa kebanyakan pemimpin jatuh bukan karena kebodohan, tetapi karena para pembantunya. Diantara para pembantu itu adalah “pembisik”, yaitu orang-orang dekat yang sering memberikan masukan atau dimintai saran. Pada umumnya, mereka adalah orang-orang kepercayaan, sehingga tidak jarang sang pemimpin mempercayai saja apa yang mereka katakan, tanpa berupaya memikiri dan menyelidiki lebih dalam akan apa yang disampaikan oleh para pembisik itu. Begitu siginifikannya peran pembisik, tegak dan hancurnya suatu negara sangat ditentukan oleh kearifan dan kesungguhan pemimpin mendengarkan kata hatinya dalam memilih dan menerima masukan dari para pembisiknya. Mantan Presiden Soeharto adalah contoh terdekat yang dapat dijadikan pelajaran dalam kasus ini. Suara hati yang melarangnya untuk maju kembali sebagai calon presiden kali yang ketujuh pada tahun 1997, dikesampingkan oleh bisikan orang-orang tertentu yang mengatakan bahwa ia masih diinginkan rakyat sebagai presiden. Padahal dalam kenyataannya, ia sudah tidak diinginkan lagi oleh rakyat. Reformasi tahun 1998 yang menyebabkan ia menyerahkan jabatan secara terpaksa kepada Wakil Presiden, BJ.Habibie, adalah bukti nyata untuk semua itu. Ia jatuh. Ia dicaci. Ia dimaki. Bahkan, ia dihina, seakan-akan tidak pernah berjasa selama ini untuk negeri ini. 32 tahun membangun negeri, seakan tidak ada arti untuk harga dirinya. Ia jatuh karena pembisiknya, dan ia hancur juga karena para pembisiknya..
Lalu, adakah ajaran agama ( Islam ) yang mengingatkan kita tentang para “pembisik” ini ? Jawabnya, ada. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nasa-i, dari Abi Hurairah, Nabi berkata : “Tidaklah ada seorang pemimpin, kecuali ia memiliki dua kelompok pembisik (bithanah). Satu kelompok pembisik yang senantiasa membisikinya agar berbuat baik, dan melarangnya berbuat mungkar, dan satu kelompok pembisik yang tidak henti-henti menimbulkan kemudharatan kepadanya. Seorang pemimpin akan menjadi bagian dari kelompok yang paling berpengaruh baginya di antara dua kelompok tersebut.”
Lalu, siapakah yang dimaksud dengan “pembisik” itu ?
Seperti disebut di atas, mereka adalah orang-orang dekat yang dipercaya oleh sang pemimpin. Dan, bila merujuk kepada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud, maka boleh saja “pembisik” itu menteri, wakil, asisten, pembantu, dan lain sebagainya. Nabi bersabda : “Bila Allah menghendaki kebaikan kepada seorang pemimpin, maka Ia memberikan untuknya seorang asisten (wazir) yang jujur. Jika ia lalai, si asisten akan mengingatkannya, dan jika ia ingat, si asisten akan mendukungnya. Namun bila Allah menghendaki kebalikannya, maka Ia akan memberinya asisten yang buruk. Jika ia lalai, asisten membiarkannya, dan jika ia ingat asisten tidak mendukungnya.
Ibn Hajar al-‘Asqalani mendefinisikan “pembisik” itu dengan “orang-orang yang memiliki akses untuk bertemu seorang pemimpin di ruang khususnya, menyampaikan kepadanya informasi-informasi rahasia, lalu sang pemimpin percaya begitu saja, dan mengambil kebijakan sesuai dengan pesan yang dibisikkan itu. “
Saya fikir, apa yang dikemukan oleh hadis dan ulama terkemuka di atas sangat relevan dibicarakan dalam konteks kepemimpinan kita di negara Indonesia hari ini dan hari mendatang. Walau nasib caleg belum diketahui secara pasti, apakah mereka akan duduk sebagai anggota legisltaif, atau “terduduk” sebagai pihak yang kalah dalam “pertandingan” pemilihan umum tanggal 9 April 2009 yang lalu, namun di negeri ini ada, aka nada, selalu ada dan harus selalu ada pemimpin yang akan mengendalikan negeri ini sesuai cita-cita yang telah dipancangkan oleh para founding fathers. Kearifan seorang pemimpin dalam menentukan siapa yang akan dijadikan pembantu atau orang kepercayaannya, tidak saja akan menentukan kredibilitas dan nasib si pemimpin, tetapi bahkan akan menentukan nasib negeri ini di masa datang. Pengalaman adalah guru yang paling baik, dan guru yang baik tidak akan pernah berbohong. Namun, kelihatannya kita masih belum mau belajar kepada guru yang paling baik itu. Lalu, kapankah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar